Film Indonesia yang lebih dulu tayang
di luar negeri selalu menarik perhatian. Apalagi kalau mendapat review positif
dari para pengamat dan pecinta film di ajang perfilman internasional, bukan
main penasarannya banyak orang di tanah air. Hal itu terjadi pada film The Raid
yang disutradarai oleh Gareth Evans.
Mulai tanggal 23 Maret 2012
lalu, timeline di Twitter dan Facebook saya ramai membicarakan film
ini. Beberapa website berita bahkan tak henti-hentinya menayangkan artikel yang
intinya menyorot kesuksesan film tersebut.
Film dibuka dengan adegan Rama (Iko
Uwais) yang melaksanakan ibadah sholat subuh. Sang istri yang tengah hamil,
terbangun dan tampak sedikit khawatir saat akan melepas suaminya bertugas. Rama
pun berangkat dan bergabung dengan teman-temannya yang tergabung dalam satuan
Densus 88 . Dua puluh orang polisi ditugaskan oleh Sersan Jaka (Joe Taslim)
untuk menyerbu sebuah rumah susun berlantai 30 yang menjadi sarang bandar
narkoba kejam Tama (Ray Sahetapy). Tama dikenal sebagai penjahat kelas kakap
yang sangat lihai dalam mengendalikan bisnis ilegalnya itu. Diceritakan di
film, bahwa sebelumnya sudah banyak yang mencoba menumbangkan singgasana Tama,
namun semuanya gagal total.
Entah karena jumlah pasukan yang
dibawa untuk mengepung hanya sedikit (dua puluh orang, sebagian besar personel
muda) atau karena penyerangan tidak didahului rencana yang matang, pasukan yang
dipimpin oleh Sersan Jaka justru mendapat gempuran balik dari sasaran mereka.
Listrik dan sarana komunikas diputus, mereka terjebak dalam labirin asing
berbentuk apartemen kumuh yang hanya memiliki satu jalan keluar. Tujuan utama
untuk menangkap bandar narkoba kelas kakap pun berubah menjadi upaya bertahan
hidup yang nyaris mustahil.
Bumbu konflik dalam film ini
sederhana. Sang karakter protagonis, Rama, hanya ingin menjalankan tugas
sebaik-baiknya lalu pulang ke pelukan istrinya yang tengah mengandung anak
mereka. Konflik internal lainnya muncul saat di tengah penyerbuan sarang narkoba
tersebut, ia malah bertemu kembali dengan sang kakak, Andi, yang setelah
menghilang sekian lama ternyata malah menjadi salah satu orang kepercayaan
Tama.
Dari sisi eksternal, ada musuh dalam
selimut dalam pasukan satuan khusus yang ikut penyerbuan tersebut. Di tengah
keadaan yang semakin genting, kawan malah berubah menjadi lawan. Namun, seperti
yang selalu kita ketahui setiap kali menonton film aksi pada umumnya, Rama
sebagai superhero berhasil keluar hidup - hidup dari apartemen mencekam itu.
Secara keseluruhan, menonton film ini
sangat menghibur. Meskipun tidak disarankan untuk mereka yang tidak kuat
melihat darah atau adegan kekerasan terlalu brutal, film ini tampil sangat apik
dari segi audio visual. Tidak heran bila akhirnya review film ini di situs
terkenal Rotten Tomatoes diganjar 86% fresh rating, unggul tipis dari box
office saat ini, The Hunger Games, yang diberi 85% fresh rating.
Meskipun The Raid bertabur puja-puji
di sana-sini, hanya ada dua hal hal masih kurang. Ini bukan masalah adegannya
yang terlalu brutal dan tidak layak tonton oleh penonton bukan dewasa. Gareth
Evans memang tidak membuat film ini untuk konsumsi anak-anak maupun mereka yang
masih di bawah umur. Salah satunya adalah penyerangan yang tidak terencana oleh
kelompok Densus 88 itu dan gaya bahasa yang terlalu baku di beberapa potongan
adegan. Di antaranya:
1. Sersan Jaka (Joe Taslim) terlihat sangat meyakinkan
sebagai seorang pemimpin. Dia tampil penuh percaya diri dan sangat berani dalam
memimpin anak buahnya yang masih amatiran dalam menyerbu markas penjahat kelas
kakap. Sayangnya, keberanian dan wibawa sebagai pemimpin ini luntur seketika
saat dia sendiri baru mengetahui bahwa penyerangan tersebut di luar rencana
korpsnya. Artinya, tidak ada back up yang akan datang menolong mereka di saat
terdesak. Seorang pemimpin bisa sampai melupakan hal seperti ini. Back up dalam
sebuah penyerangan (teroris atau bandar narkoba) semestinya sudah menjadi
perhitungan otomatis sebelum beraksi.
2. Gaya bahasa Sersan Jaka saat memberikan instruksi untuk
memecah pasukan menjadi dua terlalu baku. “Saya ke sebelah sini, Anda ke
sebelah sana”. Begitu juga dengan ucapan sepasang penjahat yang dikirim oleh
Tama sebagai bala bantuan untuk menggempur tamu tak diundang di rusunnya.
Penjahat yang satu berkata ke temannnya, “Aku yang sebelah kiri, kamu yang
sebelah kanan”.
Trailer The Raid:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar