Jumat, 30 Maret 2012



Film Indonesia yang lebih dulu tayang di luar negeri selalu menarik perhatian. Apalagi kalau mendapat review positif dari para pengamat dan pecinta film di ajang perfilman internasional, bukan main penasarannya banyak orang di tanah air. Hal itu terjadi pada film The Raid yang disutradarai oleh Gareth Evans.

Mulai tanggal 23 Maret 2012 lalu, timeline di Twitter dan Facebook saya ramai membicarakan film ini. Beberapa website berita bahkan tak henti-hentinya menayangkan artikel yang intinya menyorot kesuksesan film tersebut.

Film dibuka dengan adegan Rama (Iko Uwais) yang melaksanakan ibadah sholat subuh. Sang istri yang tengah hamil, terbangun dan tampak sedikit khawatir saat akan melepas suaminya bertugas. Rama pun berangkat dan bergabung dengan teman-temannya yang tergabung dalam satuan Densus 88 . Dua puluh orang polisi ditugaskan oleh Sersan Jaka (Joe Taslim) untuk menyerbu sebuah rumah susun berlantai 30 yang menjadi sarang bandar narkoba kejam Tama (Ray Sahetapy). Tama dikenal sebagai penjahat kelas kakap yang sangat lihai dalam mengendalikan bisnis ilegalnya itu. Diceritakan di film, bahwa sebelumnya sudah banyak yang mencoba menumbangkan singgasana Tama, namun semuanya gagal total.


Entah karena jumlah pasukan yang dibawa untuk mengepung hanya sedikit (dua puluh orang, sebagian besar personel muda) atau karena penyerangan tidak didahului rencana yang matang, pasukan yang dipimpin oleh Sersan Jaka justru mendapat gempuran balik dari sasaran mereka. Listrik dan sarana komunikas diputus, mereka terjebak dalam labirin asing berbentuk apartemen kumuh yang hanya memiliki satu jalan keluar. Tujuan utama untuk menangkap bandar narkoba kelas kakap pun berubah menjadi upaya bertahan hidup yang nyaris mustahil.

Bumbu konflik dalam film ini sederhana. Sang karakter protagonis, Rama, hanya ingin menjalankan tugas sebaik-baiknya lalu pulang ke pelukan istrinya yang tengah mengandung anak mereka. Konflik internal lainnya muncul saat di tengah penyerbuan sarang narkoba tersebut, ia malah bertemu kembali dengan sang kakak, Andi, yang setelah menghilang sekian lama ternyata malah menjadi salah satu orang kepercayaan Tama.
Dari sisi eksternal, ada musuh dalam selimut dalam pasukan satuan khusus yang ikut penyerbuan tersebut. Di tengah keadaan yang semakin genting, kawan malah berubah menjadi lawan. Namun, seperti yang selalu kita ketahui setiap kali menonton film aksi pada umumnya, Rama sebagai superhero berhasil keluar hidup - hidup dari apartemen mencekam itu.

Secara keseluruhan, menonton film ini sangat menghibur. Meskipun tidak disarankan untuk mereka yang tidak kuat melihat darah atau adegan kekerasan terlalu brutal, film ini tampil sangat apik dari segi audio visual. Tidak heran bila akhirnya review film ini di situs terkenal Rotten Tomatoes diganjar 86% fresh rating, unggul tipis dari box office saat ini, The Hunger Games, yang diberi 85% fresh rating.

Meskipun The Raid bertabur puja-puji di sana-sini, hanya ada dua hal hal masih kurang. Ini bukan masalah adegannya yang terlalu brutal dan tidak layak tonton oleh penonton bukan dewasa. Gareth Evans memang tidak membuat film ini untuk konsumsi anak-anak maupun mereka yang masih di bawah umur. Salah satunya adalah penyerangan yang tidak terencana oleh kelompok Densus 88 itu dan gaya bahasa yang terlalu baku di beberapa potongan adegan. Di antaranya:


1. Sersan Jaka (Joe Taslim) terlihat sangat meyakinkan sebagai seorang pemimpin. Dia tampil penuh percaya diri dan sangat berani dalam memimpin anak buahnya yang masih amatiran dalam menyerbu markas penjahat kelas kakap. Sayangnya, keberanian dan wibawa sebagai pemimpin ini luntur seketika saat dia sendiri baru mengetahui bahwa penyerangan tersebut di luar rencana korpsnya. Artinya, tidak ada back up yang akan datang menolong mereka di saat terdesak. Seorang pemimpin bisa sampai melupakan hal seperti ini. Back up dalam sebuah penyerangan (teroris atau bandar narkoba) semestinya sudah menjadi perhitungan otomatis sebelum beraksi.

2. Gaya bahasa Sersan Jaka saat memberikan instruksi untuk memecah pasukan menjadi dua terlalu baku. “Saya ke sebelah sini, Anda ke sebelah sana”. Begitu juga dengan ucapan sepasang penjahat yang dikirim oleh Tama sebagai bala bantuan untuk menggempur tamu tak diundang di rusunnya. Penjahat yang satu berkata ke temannnya, “Aku yang sebelah kiri, kamu yang sebelah kanan”.

Trailer The Raid: